Nisrina Dea Rahma, alumni Universitas Airlangga (Unair), sukses mendapatkan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) setelah menghadapi beberapa rintangan. Dia lulus dari Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya pada tahun 2022 dengan predikat cumlaude. Setelah menyelesaikan program sarjananya dalam jangka waktu tiga setengah tahun, saat ini dia siap untuk meneruskan pendidikan pascasarjana S2-nya di University of Melbourne, Australia.
Selama pendidikannya, Dea tidak hanya berprestasi secara akademis, namun juga mencapai pengakuan internasional lewat bakat bernyanyinya. Ketika masih menjadi mahasiswa, dia menjadi bagian dari Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA), serta aktif dalam grup vokal besar yang mandiri di Surabaya.
Menurut dia, keaktifan Dea di dalam paduan suara merupakan salah satu elemen krusial yang dipertimbangkan dalam proses pemilihan untuk mendapatkan beasiswa LPDP.
“LPDP sebenarnya tidak mengharuskan para pelamar untuk memiliki prestasi yang mencolok, melainkan lebih pada cara mereka memperlihatkan keterampilan lembut seperti kepemimpinan dan aspek-aspek ketrampilan lunak lainnya yang memberikan dampak,” katanya, demikian dilaporkan Basra, Jumat (4/4).
Pada awalnya, Dea tak berniat untuk mendaftar ke LPDP. Dia menyebut bahwa minat utamanya adalah melanjutkan pendidikan pascasarjana di tanah air agar masih dapat mengejar gelarnya sambil bekerja. Akan tetapi, dukungan yang datang dari teman dekatnya membuat dia merubah perspektifnya.
Lebih jauh lagi, seorang di antara teman-temannya sering menceritakan kisah setelah mengikuti riset dari luar negeri.
“Bermacam pengalaman menarik ia temukan saat berada di luar negeri, meliputi aspek pendidikan dan gaya hidup. Oleh karena itu, saya juga mulai mempertimbangkan pilihan untuk belajar di luar negeri,” jelasnya.
Persiapan untuk memilih LPDP ternyata membawa tantangan sendiri bagi Dea. Dia perlu berlomba melawan waktu untuk mengikuti ujian IELTS sambil bersiap menghadapi proses seleksi yang kian sulit.
“Skor tes skolastik saya sebetulnya telah cukup baik, namun dengan peningkatan ambang batas tersebut, saya perlu mengambil kesempatan pada gelombang selanjutnya,” katanya.
Walaupun begitu, kekalahan dalam usaha awalnya tak membuat Dea menyerah. Dia kemudian mengulangi upayanya dengan persiapan yang lebih baik, bahkan hingga mendaftar di sejumlah perguruan tinggi ternama global.
Universitas Melbourn adalah tempat kuliah pertama yang menerima Dea dan memberikan Surat Penerimaan (Letter of Acceptance/ LoA) sebelum waktunya. Tidak berhenti di situ, Dea juga mendapatkan tawaran dari Universitas Monash sebagai pilihan kedua mereka.
“Bagi persiapan ini, saya sebenarnya tidak terlalu bersemangat. Saya menonton-video para penerima beasiswa LPDP di YouTube, berkonsultasi, dan beberapa kali pun ikut wawancara, tetapi sebagian besar waktu saya mempelajari hal-hal sendiri,” jelas Dea.
Dea memilih program Magister dalam Aplikasi Linguislik Terapan. Tulisan akhirnya menekankan kurangnya pemahaman tentang pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia.
“Harapannya adalah adanya peningkatan jumlah sumber belajar di sekolah-sekolah. Meskipun saat ini telah tersedia buku-buku Bahasa Inggeris yang disesuaikan dengan budaya bahasa Indonesia, namun menurut pandanganku masih terdapat berbagai aspek yang perlu diperbaiki,” ungkapnya.
Dea mengatakan bahwa LPDP buka untuk semua orang yang berniat baik dalam memberikan kontribusi kepada Indonesia.
“Setiap orang memiliki momen mereka sendiri. Saya rasa segalanya harus dicoba, namun tanpa ada tekanan, begitulah kira-kira. Yang terpenting nanti adalah kami telah memberikan usaha sebaik mungkin,” tutup Dea.